Gampong Lubuk Sukon, salah satu permukiman tradisional yang masih bertahan

Gampong Lubuk Sukon Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar, merupakan salah satu Desa di Aceh yang masih terjaga kearifan lokalnya, masih tinggi rasa sosialnya dan masih ada kegiatan peringatan hari-hari besar Islam serta tradisi-tradisi kemasyarakatan, penataan lingkungannyapun masih sangat memperhatikan ketradisionallannya, walaupun banyak diantara penduduk setempat yang memiliki jabatan atau kedudukan yang tinggi baik di pemerintah maupun swasta.

Gampong Lubuk Sukon merupakan salah satu permukiman tradisional yang masih bertahan di Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar. Gampong ini terletak di dataran rendah, dekat dengan pegunungan, yang sebagian besar rumah penduduknya adalah rumah panggung tradisional Aceh yang terbuat dari kayu. Rumah-rumah di Gampong Lubuk Sukon secara bijak dirancang dengan prinsip tahan gempa. Orang Aceh, khususnya masyarakat yang bermukim di wilayah Banda Aceh (dahulu disebut Koetaradja) dan Aceh Besar, sejak tahun 1600 telah sadar bahwa letak kota mereka secara geografis tidak terlalu baik.

Gampong Lubuk Sukon dilewati Sungai Krueng Aceh dengan lebar 30-50 meter, yang membatasi Gampong Lubuk Sukon dengan jalan utama dan gampong-gampong disekitarnya. Sungai ini berperan penting dalam pemilihan lokasi sebagai tempat bermukim. Pada tahun 1920, para ulama dan sufi sebagai penduduk awal Gampong, tidak membangun permukimannya dekat dengan sungai karena alasan keamanan, namun memilih wilayah pedalaman yang masih berupa hutan. Penduduk hanya membuka jalan setapak menuju sungai, karena ketergantungan terhadap air sangat tinggi. Keberadaan sungai juga mempengaruhi mata pencaharian penduduk di bidang pertanian. Sawah-sawah penduduk berada dekat dengan sungai.

Pada perkembangannya, Keuchik tidak mengizinkan pembangunan rumah untuk berkembang di kawasan sekitar sungai, dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu (1) volume air cukup tinggi yang menyebabkan terjadinya banjir tahunan. Pemerintah sempat membangun tanggul di wilayah studi untuk menghindari banjir; (2) kawasan perairan tetap dipertahankan sebagai sumber kehidupan yang harus dipelihara masyarakat. Sekitar awal 1970-an hingga akhir 1980-an, cabang aliran sungai yang berada di bagian Barat Gampong perlahan mengering karena penebangan hutan.

Pada tahun 1989, Sungai Krueng Aceh mulai mengering secara total, meskipun masih terdapat sebagaian genangan air. Pada periode ini, sistem irigasi mulai dikembangkan untuk kawasan pertanian di bagian Timur Gampong, mengikuti arah perkembangan permukiman. Lahan hutan dibuka untuk mendirikan beberapa bangunan, yang kemudian berkembang menjadi sebuah perkampungan. Penduduk juga membuka dan memanfaatkan lahan hutan untuk ladang, sawah, dan kebun. Lahan untuk ladang dan kebun berada dekat kawasan permukiman, dan lahan untuk sawah berada di dekat sungai. Pada awalnya, Gampong Lubuk Sukon mempunyai seorang peutua uteuen yang mengatur pemanfaatan kawasan hutan, agar tetap terjaga kelestariannya. Pemanfaatan lahan yang terus berkembang pada tahun 1950-an, menggantikan posisi peutua uteuen menjadi peutua seuneubok (pemimpin kawasan ladang dan kebun). Saat ini, hampir tidak terdapat hutan diGampong Lubuk Sukon.

Permukiman Tahap dibukanya Gampong Lubuk Sukon ditandai dengan dibangunnya beberapa rumah dan sebuah meunasah. Penempatan bangunan hunian yaitu pada lahan di sekitar meunasah. Para sufi dan ulama yang merupakan penduduk awal Gampong Lubuk Sukon mengikuti tradisi leluhur di daerah asal mereka, yaitu membangun rumah panggung (rumoh Aceh danrumoh santeut) yang mengarah ke kiblat shalat.

Pada perkembangannya, rumah-rumah mulai dibangun di Dusun Darussalam, yaitu pada lahan di sekitar meunasah. Ketika penduduk semakin bertambah, penduduk mengambil lahan di bagian Timur Gampong, yaitu Dusun Darusshalihin dan Dusun Darul Alam. Penataan bangunan hunian dilakukan berdasarkan hubungan kekerabatan.

Pada awal tahun 1980an, mulai muncul rumah modern karena pengaruh pergeseran nilai-nilai kepercayaan, tingkat pendidikan, variasi mata pencaharian, dan perkembangan infrastruktur.

Tags :  

Komentar

Kolaborasi

Mitra Desa Lubuk Sukon